Sabtu, 24 Mei 2014

Indonesia Kesulitan Siapkan Tenaga Kerja Terampil





SEMINAR NASIONAL. Dari kiri ke kanan, Causa Iman Karana (berdiri), Prof Dr Ahmad Erani Yustika (duduk tengah), dan Mohammad Faisal, tampil sebagai pembicara pada Seminar Nasional bertema “Arah Ekonomi Merah Putih, ASEAN Economic Community, Tantangan atau Peluang?”, yang dilaksanakan Study Club Ilmiah (SCI) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Makassar (STIEM) Bongaya, di Hotel Mercure Regency, Jl Dg Tompo Makassar, Sabtu, 24 Mei 2014. (Foto: Asnawin)


------------------


Indonesia Kesulitan Siapkan Tenaga Kerja Terampil



Indonesia mengalami kesulitan dalam menyiapkan tenaga kerja terampil, karena jumlah tenaga kerja terampil yang berijazah sarjana (S1) dewasa ini hanya berkisar lima persen (5%), sedangkan selebihnya tenaga kerja berijazah SMA ke bawah.

Kondisi tersebut tentu sangat rawan dan menyulitkan posisi Indonesia dalam menghadapi
penerapan ASEAN Economic Community atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015 mendatang.

Hal tersebut mengemuka pada Seminar Nasional bertema “Arah Ekonomi Merah Putih, ASEAN Economic Community, Tantangan atau Peluang?”, yang dilaksanakan Study Club Ilmiah (SCI) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Makassar (STIEM) Bongaya, di Hotel Mercure Regency, Jl Dg Tompo Makassar, Sabtu, 24 Mei 2014.

Seminar yang dibuka Ketua STIEM Bongaya Dr Muhammad Jusuf Radja dan dihadiri seratusan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi se-Kota Makassar, menampilkan tiga pembicara.

Ketiga pembicara tersebut adalah Prof Dr Ahmad Erani Yustika SE MSc (Ketua Institute for Development of Economic and Finance/INDEP Jakarta, yang sehari-hari dosen Universitas Brawijaya Malang), Mohammad Faisal PhD (Peneliti Senior centre of Reform on Economic Indonesia), serta Causa Iman Karana SE MSc (Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah I Sulampapua).

Ahmad Erani Yustika, mengatakan, ada lima pilar dalam MEA, yaitu aliran bebas barang, aliran bebas jasa, aliran bebas investasi, aliran bebas tenaga kerja terampil, dan aliran bebas modal.

“Dari lima pilar MEA, titik kritis Indonesia adalah aliran bebas jasa, tenaga kerja terampil, dan modal,” katanya.

Menyinggung masalah perekonomian nasional, Erani mengatakan, dalam konteks pembangunan ekonomi nasional, problem yang sampai kini masih belum bisa diurai adalah konsentrasi pembangunan ekonomi.

“Dukungan sektor keuangan atau perbankan juga makin menjauh dari sektor riil. Selain itu, perdagangan Indonesia masih didominasi oleh komoditas sumber daya alam yang bernilai tambah rendah dan sebagian tidak berkesinambungan. Di sisi lain, kualitas infrastruktur jauh dari memadai, lebih-lebih di luar Pulau Jawa. Problem lain yaitu daya saing ekonomi kita tertinggal dari negara lain, terutama dilihat dari segi inovasi, teknologi, dan anggaran,” paparnya.

Menghadapi MEA 2015, khususnya bagi daerah-daerah di Indonesia, Erani mengusulkan pentingnya penguatan prioritas produk unggulan daerah yang bernilai tambah dan memiliki nilai daya saing.

Dia juga menyarankan perlunya meningkatkan daya saing produk-produk dalam tingkat global dengan bersandar tiga pilar, yaitu kewirausahaan, inovasi, dan pengembangan teknologi.

“Pemerintah daerah juga harus mempermudah izin usaha, kepabeanan, dan investasi  bagi para pelaku usaha, memerbaiki infrastruktur dan logistik untuk mengurangi biaya transaksi, memperluas jaringan pemasaran melalui pameran dan promosi antardaerah, serta menjalin kerjasama antarwilayah, pemerintah, dan sektor swasta,” tutur Erani.

Empat Program Kerja

Ketua Study Club Ilmiah (SCI) STIEM Bongaya Rahmat Izza, kepada wartawan mengatakan, pada periode kepengurusannya, ada empat program kerja yang dicanangkan, yaitu buka puasa bersama 1000 anak yatim, World AIDS Day (memeringati Hari IV/AIDS se-Dunia), Basic Banking Education training (BBET), serta Seminar Nasional.

“Keempat program kerja tersebut sudah selesai semua kami laksanakan dan seminar nasional ini adalah program kerja terakhir kami,” jelasnya, seraya menambahkan bahwa pengurus SCI STIEM Bongaya terdiri atas 19 orang, sedangkan anggota SCI berjumlah 60 orang. (win)


-----------------
[Terima kasih atas kunjungan, komentar, saran, dan kritikan Anda di blog "Dunia Kampus"]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menulis Opini dan Esai di Medsos dan Media Massa

Gaya penulisan saya banyak dipengaruhi tulisan Sumohadi Marto Siswoyo atau Sumohadi Marsis, pendiri dan Pemimpin Redaksi Tabloid Bola. Sumoh...